Mendesain sekolah masa depan mencakup beberapa aspek yang antara lain meliputi apa yang harus diajarkan di sekolah dan tujuan belajar di sekolah. Ada lima teori utama tentang apa yang harus diajarkan di sekolah ( Dryden dan Vos, 1999). Pertama; esensialisme, berisikan mata pelajaran inti, dibutuhkan untuk pendidikan yang baik. Essensialisme diberikan kepada usia dini. Materinya berkaitan dengan penanaman nilai untuk membangun karakter. Kedua; ensiklopedisme, mencakup mata pelajaran dasar dengan cakupan yang lebih luas dan terbuka bagi semua orang. Ketiga, model pendidikan awal yang berbasis indera, model ini pertama kali diusung oleh Aristoteles kemudian dikembangkan oleh Itard, Seguin, Rousseau, Pestallozi, Froebel, dan Montessori. Keempat, gerakan pragmatis yang berorientasi pada anak. Gerakan pragmatis dapat ditelusuru dari konsep John Dewey dalam Experiencing and Learning. Kelima, pendekatan akal sehat (common sense), dalam pendekatan ini menggunakan akal sehat dan kritis terhadap dogma. Pendekatan akal sehat menggunakan prisip-prinsip filsafatai yang mencakup tiga domain utama yang meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Implementasi dari lima teori tentang apa yang harus diajarkan di sekolah berangkat dari periodesasi usia dan pembelajaran yang sistematis, tidak terputus-putus dan tidak overlap.
Aspek kedua adalah tujuan belajar, tujuan ini sangat bergantung pada visi dan misi institusi penyelenggara pendidikan. Meskipun demikian belajar seharusnya memiliki tiga tujuan ( Dryden dan Vos, 1999):
- Mempelajarai keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran spesifik.
- Mengembangkan kemampuan konseptual umum.
- Mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang secara mudah dapat digunakan dalam segala tindakan kita.
- Sekolah berpikir’ didesain untuk menjadi pusat bagi pembelajaran berkelanjutan (sustainable). Konsep ini meninggalkan model banking concept yang hanya sekedar menuangkan materi ke siswa. Mestinya sekolah melatih berfikir bukan mengisi pikiran siswa.
- Disediakan 2,5 juta dollar Amerika bagi setiap sekolah untuk pengadaan teknologi informasi. Di negara kita sudah digulirkan Jardiknas hanya saja belum semua siap menyambut kebijakan tersebut.
- Satu komputer di sekolah untuk setiap dua siswa dalam lima tahun.Berpikir kreatif sebagai bagian dari kurikulum baru untuk mencapai keunnguulan di bidang matematika dan sains.
- Kurikulum juga ditujukan untuk membangun kebanggaan atas prestasi yang diraih.
- Inovasi yang bersifat ‘top down’ ditinggalkan. Di negara kita telah dikembangkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) , hanya implementasinya yang relatif kurang.
- Sekolah-sekolah dikelompokkan untuk menyebarluaskan praktik-praktik terbaik. Dalam konteks ini dapat didesain madrasah atau sekolah satelit yang bertugas meningkatkan kualitas madrasah yang menjadi tanggung jawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar